Postingan

#7 - Bangkitlah!

Teruntuk Semua perempuan yang baru saja atau sudah ditinggalkan. Benar, memang terkadang kenyataan sungguh menyakitkan. Fakta bahwa kesetiaan & kebaikan kita hanya diberi balasan sebuah kejahatan, keacuhan, dan pengkhianatan kerap meninggalkan pilu yang mendalam. Membuat kita bertanya-tanya, mengapa seseorang dapat bertindak begitu teganya? Dan parahnya jika kita sudah memikirkan, apa yang salah dari diri saya?  mengapa hubungan saya selalu berakhir ditinggalkan? Saya tahu.. Bayangkan saja, kau sudah dipilih dan memilih, tetapi hanya dirimu yang bertahan dan tidak dipertahankan. Ujungnya kamu bertahan dengan seluruh tenaga, dan mendapat pemberhentian tanpa usaha. Benar, rasanya seperti badai menerpa tiba-tiba. Kita terseok angin tanpa arah Tanpa daya, kosong, dan merasa tidak berguna. Benar, kehidupan terangmu berubah menjadi gelap dalam sekejap. Tawa & bahagia tergantikan oleh tangisan duka lara & kesendirian.. ... Lewati setiap detiknya dengan kesabaran. Bersabarlah, sedi

#6 - Rasa Penuh Usang

#6 - Rasa Penuh Usang Pernahkah kau berpikir,  jika mentari esok tak lagi menjadi senja?  Pernahkah kau bertanya,  bagaimana kata yang terlontar mampu mematikan segala?  Pernahkah kau merasa,  hidup dalam raga yang penuh lara?  Seluruh hal yang tercipta, sudah tak lagi memberi tawa.  Sekian lama bertahan pada ujung pisau yang menyayat,  sudah saatnya terbiasa akan sakit yang mencuat.  Leganya kata pun tak mampu bersanding, namun mengapa aku justru tak mampu berpaling? Aku benci. Aku benci diriku sendiri. Aku benci tuk merasa mati. Rasa sakit tidaklah selamanya menyakiti, selain pertanda bahwa diriku masih bernadi. Namun apa lagi daya diri? Bila keusangan rasa t'lah hadir menghampiri, baik dirimu dan diriku sendiri. Mungkin ini semua kembali pada hati nurani,   yang peka akan kesalahan, melupa akan kebaikan. Ketika lelah pun menerjang, tak terelak rasa kan mengusang. -EN- 

#5 - Pilihan atas Ragu

Pilihan atas Ragu Pilihan hidup memanglah satu hal yang tak pernah redup. Bahkan terkadang ia ditemani oleh ketidakpastian, dan terisi penuh oleh kepalsuan. Sinkronisasi dua pilihan, bukanlah titik hitam di sebuah putihnya lembaran. Tak pernah jelas, tak terbatas, dan tak sedikitpun melugas. Suatu pilihan akan jalan pikiranmu yang dapat terbang atau perasaanmu yang penuh kepayang, manakah yang akan kau turuti? ... Ia tak pernah mengelak, kan terus bergerak, dan tak akan membeda. Ia tak mampu memanipulasi waktu. Bahkan ia tak memiliki alasan tuk menderu. Ia adalah perasaanmu yang tak pernah kau sentuh, ia adalah hatimu yang tak pernah meneguh. Jagalah isi kepalamu dengan penuh kebijaksanaan,  namun peliharalah hatimu tuk terus menuluskan. Otakmu adalah aset yang selalu kau kembangkan, orang lain pun mampu terpaku dengan seluruh kelogisan. Tetapi hatimu adalah sebuah satuan yang tak lagi dapat terukur. Orang tak akan memberi percaya pada rasa, pula tak mampu terbaca oleh seluruh indra. K

#4 - Tangga Kehidupan

Tangga Kehidupan  " Bahwasannya manusia hidup seperti kepiting,  ia akan mencapit sesamanya yang berhasil membangun puing,  untuk kembali turun di saat genting, "  ujar seseorang yang dahulu tak asing.  Akupun memikirkan belasan malam lamanya, bagaimana caraku hidup sebenarnya?  ... Kehidupan akan berfase seperti layaknya tangga yang berpijak. Kau akan melangkah naik satu persatu atau bahkan berjarak. Roda kehidupan setidaknya pernah menempatkan kau dan aku bertemu di pijakan yang sama. Dan kita telah berusaha bergandeng tangan saling menggapai asa. Dan berjalan maju disebelahmu adalah hal terindah yang pernah kurasa. Semakin lama tangga kehidupan kan memanjang dan menyempit. Sampai tiba waktunya waktu akan terus maju, itu artinya aku dan kamu harus terus melaju. Salah satu harus memimpin agar tangga sempit ini kan terlewati dan berlalu. Lalu, haruskah aku atau kamu? Tanpa ragu, jawabannya adalah kamu. Bukan karena kumengalah atau bahkan meremehkanmu. Aku benar tak ingin tuk

#3 - Jiwa Tak Bersua

Jiwa Tak Bersua  Jika cinta hanya sekedar kata,  apa yang terasa bila kata tak lagi dapat terucap?  Jika cinta hanya berbumbu tawa,  apa yang terasa bila tangis datang menghantam?  Jika cinta hanya memberi harapan,  apa yang terasa bila jalan buntu menghadang?  Ia adalah jiwa.  Tak menyentuh, tetapi ia menggugah.  Tak menambah, tetapi ia membara.  Cinta adalah pertemuan dua jiwa,  yang saling menyapa meski tak dapat berkata,  yang saling menjaga meski tak saling meraba.  Saat dua jiwa telah bertemu,  jiwa sendiri pun kelak kan berjiwa.  Bahkan ketika harapan membeku,  hanya jiwa yang mampu merasa.  ... Kini jiwaku tak lagi membara, dan jiwanya tak lagi menyapa dan menjaga. Ternyata, jiwa pun bisa melupa Bahwa ia benar-benar melara, saat ia dan jiwa miliknya tak lagi dapat bersua. -EN-

#2 - Guliran Pena

Guliran Pena  Jarum jam berdetak memberiku tanya, mengapa 8 pena kugulirkan padanya?  Delapan..  Bagaimana bisa wujud tanpa akhir,  memberi ujung penuh getir?  Angan sempat bersabda,  rasaku takkan merana,  tanpanya yang selalu merasa biasa saja.  Nyatanya,  aku hanyalah selembar kertas lara,  yang  tak lagi bermakna  nan berduka.  Perlahan habis dan berganti,  pena usai tak berfungsi.  Hingga cinta angkat kaki, tak satupun pena terisi lagi.  Goresan yang memaknai,  kemana engkau pergi?  ... Wahai pena yang kugulirkan, dengarkanlah aku dan lakukan. Ia tak perlu mengerti, tugasnya hanyalah menggoresmu pada lembaran kertas sunyi. Entah ia kan memberi tangis sepi, atau menoreh senyum berseri, satu hal yang pasti. Lembaranku kan t'rus berlari  bila kau selalu kubekali, padanya yang selalu di hati. Ia pasti lelah, t'rus mencoba pada pena yang sudah tak bertinta. Ia sudah penat, dan rasanya pasti t'lah kasat. Maafku tak lagi dapat tersurat, tentu baginya aku hanyalah jerat. Kau b

#1 - Pinta tuk Semesta

Pinta tuk Semesta  Kala surya menuntun rasa rindu,  pertemuan ialah tujuan akhir tanpa sendu.  Aku dan kamu kala itu,  berbisik lembut pada langit biru...  Bersama roda empat melaju, kuterpukau akan makhluk disisiku.  Puluhan rute terlewati, seraya perahu terjang keruhnya mentari.  Pilu hilang, rindu menerang, senyum tawamu s'lalu terbayang.  Genggam tanganku erat bagai elang, seakan esok tak lagi datang.  Terngiang jelas lagu semasa, terus bergejolak menyambut senja.  Rasa mengalir begitu deras,  turunnya mentari menyaksikan kisah tanpa paras. 'Aku dan kamu menjadi kita, rasa menyatu tak bersisa. Aku dan kamu menjadi kita, seluruh kata semakin terasa.' Meski begitu indah tergali, tak berkutik 'tuk dapat kembali Waktu adalah alat paling keji, bagi seluruh kami yang bernadi Kini kusadari, semesta pun sudah tak lagi bersaksi ... Semesta dan waktu, kerap memberi kelegaan bagi yang rapuh, namun mengirimkan ragu bagi yang luruh. Bagai dua insan yang tak pernah meredam ego se